Selasa, 29 Desember 2009

Sekilas Tentang Overfishing

Pada awal tahun 1950-an, FAO mencatat adanya pertumbuhan sektor perikanan yang sangat cepat, baik di belahan bumi bagian utara maupun di sepanjang pantai negara-negara yang saat ini dikenal sebagai negara berkembang. Dimana-mana penangkapan berskala industri yang umumnya menggunakan trawl (ada juga dengan purse seining dan long-lining) berkembang dan berkompetisi dengan perikanan skala kecil atau tradisional (artisanal fisheries) yang berperalatan sederhana. Persaingan yang tidak seimbang ini sangat jelas terlihat di perairan dangkal (kedalaman 10-100 m) di daerah tropis. Perikanan tradisional menjadikan ikan tangkapan mereka untuk konsumsi penduduk lokal, sedangkan perikanan skala besar menggunaan trawl dengan udang sebagai target utama untuk ekspor dan membuang hasil tangkapan yang tidak memiliki nilai ekonomis (by-catch). Dalam periode tahun 1950-an hingga 1960-an, peningkatan usaha penangkapan telah meningkatkan jumlah hasil tangkapan yang sangat besar dan melebihi laju petumbuhan umat manusia.

Hal ini telah membuat para penyusun kebijakan dan politisi menjadi percaya bahwa penambahan jumlah kapal yang cepat dan tak terkendali telah melipat-gandakan jumlah tangkapan dalam waktu singkat serta menurunkan hasil tangkapan dalam jangka panjang. Kegagalan perikanan tangkap pertama kali dilaporkan untuk kasus anchovy di Peru pada tahun 1971-1972. Pada awalnya, hancurnya perikanan anchovy ini sering dikaitkan dengan kejadian alam El Ni??o. Namun demikian, data yang terkumpul menunjukkan bahwa jumlah tangkapan aktual (sekitar 18 juta ton), yang telah melebihi dari apa yang dilaporkan yaitu 12 juta ton menunjukkan bukti lain. Terbukti, runtuhnya perikanan anchovy tersebut adalah lebih banyak karena pengaruh overfishing.

Pada pertengahan tahun 1970-an, total tangkapan ikan di Atlantik utara juga telah menurun. Trend penurunan yang cepat lebih jelas terlihat pada akhir tahun 1980-an dan diawal tahun 1990-an sebagian besar stok ikan cod menjadi habis di New England dan Canada bagian timur.

Kondisi stok ikan laut di kawasan Asia-Pasifik juga tidak jauh berbeda. Kawasan Asia-Pasifik yang saat ini menjadi penyumbang terbesar produksi ikan dunia juga sudah mulai overfishing. Dalam 25 tahun terakhir, penurunan stok ikan di kawasan Asia-Pasifik sekitar 6-33%.

Lebih lanjut, diperkirakan bahwa stok ikan laut dunia saat ini yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tinggal hanya 24%. Sekitar 52% stok sudah termanfaatkan secara maksimal dan tidak mungkin dieksploitasi lebih lanjut, dan sisanya adalah sudah overeksploitasi atau stoknya sudah menurun.

Salah satu jalan yang mungkin bisa ditempuh untuk membantu pemulihanan stok ikan laut akibat overfishing adalah dengan cara menurunkan kapasitas penangkapan. Disadari betul bahwa penambahan kapasitas armada penangkapan merupakan salah satu ancaman terhadap kelangsungan sumberdaya laut, dan juga penangkapan itu sendiri.

Perubahan perahu skala kecil berteknologi rendah menjadi kapal besar berteknologi tinggi, subsidi pemerintah, kebijakan open-access pada beberapa wilayah perairan dunia, dan beberapa aspek ekonomi lainnya telah disadari meningkatkan kapasitas penangkapan ikan. Peningkatan kapasitas penangkapan ikan yang tak terdeteksi seperti perubahan alat bantu penangkapan seperti echosounder, GPS, dsb. juga diyakini telah mendorong tingkat overcapacity dibeberapa wilayah perairan.

Kebijakan Sektor Perikanan

Rendahnya perhatian dan pengawasan terhadap potensi sumberdaya kelautan dan perikanan tersebut telah mengakibatkan terdegradasinya sumberdaya kelautan dan perikanan, serta menjadi tempat beroperasinya kapal-kapal asing secara ilegal. Kerusakan terumbu karang dan menurunnya potensi perikanan di perairan pantai memaksa nelayan-nelayan tradisional untuk beroperasi lebih jauh dari perairan pantai. Keadaan ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan produktivitas masyarakat nelayan. Bahkan secara sistemik akan mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakat nelayan, yang secara langsung akan berdampak meningkatkan jumlah penduduk miskin serta menurunkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap pembangunan nasional. Selain itu, adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan juga ikut berpengaruh terhadap peningkatan kerusakan sumberdaya kelautan dan perikanan. Kerusakan ini terus meningkat sejalan dengan adanya kegiatan pengurasan sumberdaya kelautan dan perikanan oleh berbagai pihak tanpa memikirkan kelestarian sumberdaya dalam jangka panjang (Chalik, B.M. 2004).

Faktor lain yang juga secara langsung atau tidak langsung ikut berperan terhadap terjadinya degradasi potensi kelautan dan perikanan adalah tingginya inkonsistensi kebijakan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan oleh departemen dan instansi terkait. Inkonsistensi kebijakan perencanaan tersebut terjadi akibat tidak dilaksanakannya kegiatan perencanaan pembangunan di tingkat pusat sesuai dengan pendekatan aliran bawah-atas (bottom up approach), yaitu perencanaan pembangunan yang mencerminkan muatan lokal dan aspirasi masyarakat setempat. Sebaliknya sampai saat ini kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat kabupaten, propinsi, dan pusat masih bersifat homogen terhadap semua wilayah (top-down approach). Celakanya, pemerintah daerah juga bersikap menerima kebijakan tersebut walaupun tidak sesuai dengan muatan perencanaan lokal. Akibatnya, kegiatan pembangunan tidak mengarah kepada sasaran dan cenderung menimbulkan sikap masyarakat yang skeptis terhadap kebijakan pembangunan sektor kelautan dan perikanan (Chalik, B.M. 2004).

Kebijakan pembangunan pada dasarnya merupakan rumusan dari kesepakatan atau kompromi-kompromi kepentingan atau harapan seluruh stakeholder yang diwujudkan dalam suatu keputusan atau peraturan (Iwan Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Menurut Fearson dan Monhe (1987) dalam Soepanto (2001), kebijaksanaan adalah peraturan dari tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi suatu perubahan. Jenis-jenis kebijaksanaan dalam pembangunan subsektor perikanan sejak Pelita I sampai saat ini telah mengalami berbagai jenis kebijaksanaan seperti :

1. Kebijakan Fiskal, kebijakan pajak, investasi, pengeluaran pemerintah

2. Kebijakan Moneter, menyangkut suplai dan tingkat bunga

3. Kebijakan Neraca Pembayaran, kebijakan devaluasi, capital flow, shore loan dan FDI

4. Kebijakan Sector Riil, teknologi, infrastruktur, SDM, kemudahan sektor riil, kelestarian sumberdaya alam

1st experience with XA bali oh bali

Perjalanan ke bali bersama keluarga, saya, adik dan mama. sang ayah menyusul beberapa hari kemudian ...

sudah di niatkan dari awal akan menggunakan kamera XA pinjaman dari seorang teman, dan teman saya itu mensyaratkan untuk menggunakan film slide untuk XA nya. Baiklah... demi XA saya langsung memesan film slide, dengan waktu yang sedikit akhirnya si kiriman slide pun datang 1 hari sebelum keberangkatan saya.

XA di padu dengan AGFA fresh asa 100, saya langsung jatuh cinta saat klise ini di cuci - scan !! oh .. tidak, saya tidak sabar untuk menggunakan XA lagi. Tapi maaf seribu maaf setelah XA ini saya pinjam dan saya kembalikan, XA ini langsung rusak. Aduh.. maafkan saya, saya termaksud merusakkannya :(

Ini adalah beberapa foto dari XA :
menikmati sunset di dreamland bali


menikmati sunbathing di pantai padang - padang


langit kala sore di dreamland

Check my multiply for more photos : http://viva86cious.multiply.com/
or
My Flickrs : http://flickrs.com/photos/viva86cious/

thank you so much

*wwulann*

tahun baru .. 2010 !!


Kenapa saya selalu tidak merasakan antusiasme berlebihan seperti sahabat-sahabat saya dalam menyabut tahun baru, tahun baru kapanpun.
Apa karena saya dari dulu tidak merayakan acara tahun baru?

Menurut saya tahun baru yasudah biasa saja, tahun yang memang terus bertambah seperti halnya umur... tidak ada yang perlu dirayakan, yang ada adalah melewatkan tahun baru dengan tidur !!! hahaha... Itu kalau saya...

Saya memang biasanya melewatkan malam pergantian tahun dengan tidur. Tapi untuk malam tahun baru 2010 ini mungkin berbeda, karena saya dan teman-teman loempia merencanakan BBQ-an di halaman belakang rumah saya yang seperti hutan. Berhubung saya hanya bengong di rumah dan nonton TV saja di rumah, maka ide anak-anak loempia pun saya IYA kan saja dengan harapan rumah saya tetap aman dan tidak terbakar karena ulah BBQ-an mereka, hahaha ...

Tahun 2010
Terasa berat harus menerima kenyataan bahwa waktu sangat cepat sekali berlalu, sudah 2010 saja .. hmm ..
Saya belum melakukan hal apapun yang berarti buat orangtua dan keluarga saya di tahun 2009. It's okay lah .. yang penting tahun 2010 saya akan mewujudkan semua obsesi saya yang sempat tertunda di tahun 2009. Amin ..
Pertama lulus, lalu mewujudkan semua obsesi saya. Pekerjaan yang menunggu di Manado, semoga saya mampu !!

Selamat tahun baru 2010 semuaaa ...

`wwulann`

Alice in Wonderland


Cast :
Mia Wasikowska as Alice Kingsley
Johnny Depp as The Mad Hatter
Helena Bonham Carter as The Red Queen
Crispin Glover as The Knave of Hearts
Anne Hathaway as The White Queen
Stephen Fry as The Cheshire Cat
Christopher Lee as The Jabberwock
Michael Sheen as The White Rabbit
Alan Rickman as The Caterpillar
Matt Lucas as Tweedledee / Tweedledum
Timothy Spall as The Bloodhound
Barbara Windsor as The Dormouse

Udah gak sabar nunggu film ini main di Indonesia tanggal 5 maret 2010, terutama main di Semarang. Semoga saja main di Semarang, jadi gk ketinggalan dari kota-kota besar lainnyaa... amin amin

Kamis, 17 Desember 2009

.. terbengkalai ..

blog ini jadi terbengkalai
maafkan saya blog,
padahal banyak cerita..
pengalaman di bali
hunting di wonderland (again)
hunting di pantai sangkla
perjalanan ke jogja
dan lain-lain...

tapi kenapa saya merasa tidak ada waktu untuk menulis di blog yah?
apa karena saya terlalu autis dengan skripsi saya?

fiyuuuhhh....
saya fokus dengan skripsi saya dulu.
nanti jikalau ada waktu senggang pasti saya akan menulis lagi.

C U

xoxo
*whatttt??? xoxo??? ahaha


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes